Bismillah... Hai teman-teman pembaca setia blog ini semuanya, selamat berjumpa kembali di personal blog saya ini SEHAT - CANTIK - KALEM pastinya. Sesuai dengan judul artikelnya hari ini saya sedang ingin membahas duduk masalah lingkungan. Dalam keseharian kita niscaya selalu ada sampah yang tersisa bukan? Entah itu sampah organik dari sisa materi makanan yang tidak habis terpakai maupun sampah anorganik berupa plastik bungkus mi instan misalnya. Kadang ada saja orang yang mencampur keduanya begitu saja (sampah organik & anorganik). Padahal sampah organik sanggup dimanfaatkan lagi di rumah.
Sampah sudah usang menjadi permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Setiap rumah memproduksi sampah setiap harinya minimal sebanyak 1 kilogram. Petugas pemungut sampah dari dinas kebersihan akan membuang sampah rumah tangga tersebut ke sebuah kawasan yang berjulukan TPA. Kependekan dari Tempat Pembuangan Akhir sampah. Akan tetapi apakah mereka tidak berpikir, bila sampah hanya dibuang begitu saja menyerupai itu maka lama-kelamaan dunia ini akan dipenuhi oleh sampah. Jika dibuang ke maritim maka sanggup jadi akan ada benua gres yang terbentuk dari kumpulan sampah.
Sejauh yang pernah saya lihat, petugas pemungut sampah dari dinas kebersihan akan mengambil sampah-sampah dari tong sampah setiap rumah warga. Kemudian mereka memasukannya pada kendaraan kolam terbuka ukuran besar sebelum hasilnya membuangnya ke TPA sampah. Di TPA sana tidak ada perbedaan antara sampah organik atau anorganik sebab semua sampah dilemparkan begitu saja menjadi satu. Baunya sudah niscaya bukan kepalang! Apalagi bila banyak sampah sisa makanan di sana.
Saya terlahir dari keluarga yang tinggal di wilayah pedesaan. Sejak kecil saya sudah dekat dengan alam liar. Melihat orang menanam padi, mengamati bagaimana cabe berbunga hingga hasilnya berbuah lebat. Akhirnya bercocok tanam menjadi salah satu hobi saya waktu itu. Bahkan hingga dikala ini rasa ingin menanam tumbuhan masih sering muncul. Hanya saja ketika duduk di dingklik perkuliahan dulu saya benar-benar tidak mempunyai kesempatan itu. Akhirnya sayapun vakum dari dunia cocok tanam selama beberapa saat.
Sudah beberapa hari belakangan ini saya terpikir kembali untuk menanam sesuatu menyerupai sayuran dan beberapa bumbu dapur di pekarangan rumah. Sangat asyik melihat kembali denah kenangan dalam memori wacana tomat yang memerah, atau anggrek yang mulai menggeliat mekar di pagi hari. Untuk itu tentu saya butuh pupuk semoga tumbuhan saya sanggup tumbuh dengan baik nantinya. Akhirnya kebiasaan masa kecil sayapun terulang kembali yaitu gardening, atau istilah kerennya berkebun. Mulai hari kemarin saya sudah mulai mengolah limbah organik sehari-hari menjadi pupuk. Bagaimana caranya? Caranya ala saya ini unik dan gampang menyerupai biasanya. Simak langkah-langkahnya sebagai berikut:
Pertama, sediakan setidaknya tiga buah kawasan sampah berbeda.
Kedua, pisahkan antara sampah organik* dan sampah anorganik** dan sampah kertas***.
Ketiga, kumpulkan segala jenis sesuatu yang berasal dari tumbuhan di kawasan sampah organik yang sudah disediakan sebelumnya.
Keempat, gali lubang sedalam kurang lebih 0.5 meter dengan diameter secukupnya di pekarangan Anda saja (soalnya kalau di pekarangan orang takut dimarahin). Hehe
Kelima, buang sampah organik Anda ke lubang yang sudah disediakan tersebut kemudian timbun dengan tanah soalnya nanti akan ada amis kurang sedap dikala proses penguraian sampah terjadi.
Pada ahad berikutnya Anda sanggup menggali lubang dan membuang sampah organik di sebelah lubang sebelumnya, dan menyerupai itu seterusnya. Jangan lupa tandai dan ingat mana lubang yang digali pertama dan seterusnya hingga setidaknya ada 4 lubang. Ketika lubang sampah yang keempat telah terisi, pada ahad berikutnya Anda sanggup kembali menggali lubang pertama untuk kembali diisi dengan sampah organik.
Sampah organik pada umumnya tidak membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk sanggup terurai. Dengan demikian limbah rumah tangga Anda tidak akan mencemari lingkungan dan tanah pekaranganpun menjadi lebih subur. Dengan sistem 4 lubang diisi bergiliran menyerupai ini kita jadi sanggup lebih memaksimalkan pekarangan yang ada meskipun luasnya tidak seberapa.
Sampah organik yang terdiri dari sampah daun dan aneka tumbuhan akan segera terurai dengan cepat dan menjadi kompos di dalam tanah sana. Kompos akan membuat tanah menjadi gembur secara alami. Tanah yang gembur ini akan menjadi ekosistem yang baik bagi tumbuhan dan menciptakan tumbuhan Anda tumbuh dengan subur.
Dengan teknik mengolah sampah organik sendiri di rumah menyerupai ini saya jadi sanggup menanam aneka tumbuhan di rumah di tanah yang subur secara organik pula. Meski halaman rumah saya memang tidak seberapa lebar tapi dengan memanfaatkan tanah beberapa meter tersebut sudah sanggup menunjukkan hasil yang tidak mengecewakan dan pastinya juga menciptakan saya dan keluarga jadi lebih menghargai alam ini.
Keuntungan lainnya dari mengolah sampah organik sendiri menyerupai ini yaitu saya dan keluarga tidak perlu merasa terganggu oleh aroma busuk yang berasal dari dedaunan yang mulai dikerumuni lalat di kawasan sampah. Bukankah ini merupakan dampak faktual yang diinginkan semua orang? Lingkungan yang nyaman dan bebas dari sampah yang bentuk dan baunya tidak karuan. Benar ya?
Semoga goresan pena ini bermanfaat dan hingga berjumpa lagi di goresan pena berikutnya. Jika Anda mempunyai aliran terkait pemaparan saya, silakan tinggalkan pesan di kolom komentar.
(diens)
Notes:
* sampah organik adalah sampah yang berasal dari aneka jenis tanaman
**sampah anorganik adalah sampah plastik dan segala benda non tumbuhan dan kertas
***sampah kertas adalah sampah yang terdiri dari banyak sekali jenis kertas
0 Response to "Bagaimana Cara Mengolah Sampah Organik Di Rumah???"
Post a Comment